Sejarah Awal
Bukan hanya Coser saja yang tidak puas dengan
pengabaian konflik dalam pembentukan teori sosiologi.segera setelah penampilan
karya Coser [5],
seorang ahli sosiologi Jerman bernama Ralf Dahrendorf menyadur teori kelas dan
konflik kelasnya ke dalam bahasa inggris yang sebelumnya berbahasa Jerman agar lebih
mudah difahami oleh sosiolog Amerika
yang tidak faham bahasa Jerman saat kunjungan singkatnya ke Amerika
Serikat (1957- 1958). [8]
Dahrendorf tidak menggunakan teori Simmel melainkan membangun teorinya dengan
separuh penerimaan, separuh penolakan, serta memodifikasi teori sosiologi Karl Marx. [8]
Seperti halnya Coser, Ralf Dahrendorf mula- mula melihat teori konflik sebagai
teori parsial, mengenggap teori tersebut merupakan perspektif yang dapat
dipakai untuk menganalisis fenomena sosial. [8]
Ralf Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan
sisi kerja sama. [8]
Inti Pemikiran
Teori
konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta
modifikasi teori sosiologi Karl Marx. [8]
Karl Marx berpendapat bahwa pemilikan dan Kontrol sarana- sarana berada dalam
satu individu- individu yang sama. [8]
Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana-
sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad kesembilan belas.
Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan yang terjadi
di masyarakat industri
semenjak abad kesembilan belas. [8]
Diantaranya:
- Dekomposisi modal
Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi
dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak seorangpun memiliki
kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal. Dekomposisi tenaga. [8]
- Dekomposisi Tenaga kerja
Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali
seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya,
seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai perusahaan tapi
tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian dan spesialisasi,
manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin perusahaanya
agar berkembang dengan baik. [8]
- Timbulnya kelas menengah baru
Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas
pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di
jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah. [8]
Penerimaan Dahrendorf pada teori konflik Karl
Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan
sebagai sumber perubahan sosial. [9]
Kemudian dimodifikasi oleh berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir- akhir
ini. Dahrendorf mengatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai
pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu.
Menurut Dahrendorf hubungan- hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan
atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas. [9]
Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara
mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan.
Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap
terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. [9]
Dalam analisisnya Dahrendorf menganggap bahwa secara empiris, pertentangan
kelompok mungkin paling mudah di analisis bila dilihat sebagai pertentangan
mengenai ligitimasi hubungan- hubungan kekuasaan. [6]
Dalam setiap asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai- nilai
yang merupakan ideologi keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan-
kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman bagi ideologi ini
serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.