Rabu, 28 Februari 2018

MASYARAKAT POST INDUSTRI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahkluk dikenai oleh hukum  perubahan. Baik yang berkenaan dengan fisiknya, pemikiran, maupun tingkah lakunya. Dalam kehidupan di dunia ini, awalnya manusia terlahir sebagai individu yang menyendiri, selanjutnya manusia berhubungan dengan manusia lain, mereka hidup bersama dan bekerja bersama untuk mewujudkan keperluan asasinya.
Dan setiap masyarakat, manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan, yang berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.
Selo Soemardjan mendefinisikan bahwa perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organasasi, susunan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya. Dan adaapun segala perubahan yang adapada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat. (Soerjono Soekanto, 2010: 259).
Dalam perjalanannya manusia mengalami perubahan, maka dengan perubahan itulah manusia bisa berkembang. Manusia juga dapat dibedakan dari makhuluk lainnya karen adanya perubahan dalam diri mereka terutama dari segi pengetahuan dan spiritnya.
Oleh karena ini mengakaji manusia, baik itu dari aspek fisik, pemikiran atau pun sosialnya sangatlah penting, karena merupakan titik tolak untuk mengetahui perkembangan manusia dan juga langkah-langkah yang telah dibuat oleh manusia untuk memakmurkan hidupnya dan juga menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS:2:30).
Proses pembentukan masyarakat dan perubahan masyarakat menurut Gerhard Lenski, Karl Marx, Max Weber dan Emile Durkheim mewakili empat sudut pandang. Gerhard Lenski menjelaskan bagaimana teknologi mengubah masyarakat sejak 10 ribu tahun yang lalu dan terus berlangsung hingga kini. Karl Marx menjelaskan bagaimana masyarakat mengalami perubahan akibat konflik cara produksi ekonomi. Max Weber menjelaskan bagaimana masyarakat terbentuk dan berubah akibat munculnya gagasan antara masyarakat tradisional (yang dicirikan kuatnya unsur kekeluargaan) dikontraskan dengan gagasan masyarakat kompleks (yang dicirikan unsur pemikiran rasional). Emile Durkheim menjelaskan bagaimana solidaritas sosial yang terbangun baik dalam masyarakat tradisional maupun modern agar mampu menciptakan hubungan antarstruktur yang harmonis.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pertumbuhan dan perubahan masyarakat yaitu, pertama-pertama dari masyarakat pra-industri, masyarakat industri kemudian  masyarakat pos-industrial. Adapun untuk kali ini yang akan kelompok kami bahas adalah mengenai masyarakat pos-industrial.
2. Perumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan masyarakat ?
b. Bagaimana proses terbentuknya masyarakat ?
c. Apa saja unsur-unsur dalam masyarakat ?
d. Bagaimana perkembangan masyarakat ?
1) Coba jelaskan pergeseran masyarakat dari masyarakat industri menjadi masyarakat post industri !
2) Coba jelaskan dimensi masyarakat pos-industri !


BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat yaitu merupakan terjemahan dari istilah “society” yang berarti orang yang membentuk sebuah sistem semi yang tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah indivu-indivu yang berada pada kelompok tersebut.dan disamping itu pula bahwa kata “masyarakat” berasal dari bahasa arab yaitu ” masyarakat”. Kata masyarakat sendiri berasal dari kata “musyarak”, yang berarti bersama-sama atau sebelah-menyebelah. Jadi, masyarakat berati kumpulan bersama orang ramai bersama. Adapun kata masyarakat dalam pemakaiaannya di Indonesia di ucapkan dan di tulis masyarakat, itulah sebabnya sampai sekarang yang kita kenal adalah istilah masyarakat bukan musyarakat.
Ralph Linton, seorang antroplog terkenal mengartikan masyarakat sebagai, semua kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dengan batas-batas tertentu.
M.J. Herkovits mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisir dan mengikuti suatu tata cara hidup tertentu. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa masyarakat yaitu yang terdiri atas kelompok manusia yang besar dan relatif permanen,berinteraksi secara permanen, menganut dan menjunjung sistem nilai dan kebudayaan tertentu, serta self supporting.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komponen mayarakat yaitu:
· Kelompok besar manusia yang relatif permanen
· Berinteraksi secara permanen
· Menganut dan menjunjung suatu sistem kenudayaan
· Self supporting
Sebagaimana yang telah kita bahas di atas mengenai komponen mayarakat di atas maka dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya manusia dapat dikatakan sebagai anggota masyarakat, maka dengan demikian bahwa suatu masyarakat harus terdiri atas kelompok besar manusia dan adanya hubungan interaksi secara permanen. Karena suatu masyarakat tidak mungkin terdiri atas satu orang saja melainkan harus hidupnya secara berkelompok dan interaksi secara permanen. Dalam hal ini  yang dimaksud dengan berinteraksi secara permanen itu yaitu bahwa kelompok besar manusia itu harus saling berhubungan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Karena apabila dalam suatu kelompok itu tidak saling berinteraksi, maka kelompok tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masyarat. Sikap permanen tersebut interaksi tersebut maksudnya adalah bahwa interaksi itu berlangsung tidak sementara, tetapi ada kontinuitasnya.
Di dalam suatu masyarakat juga menganut dan menjunjung sistem nilai dan kebudayaan. Karena setiap masyarakat pasti memiliki sistem nilai, yaitu sikap dan perasaan-perasaan yang diperlihatkan oleh kelompok besar manusia tersebut, mengenai keseluruhan baik dan buruk., yang benar dan yang salah, suka dan tidak suka. Maka dengan itu sistem nilai mempunyai fungsi yaitu untuk mengontrol tindakan-tindakan anggota masyarakat, sehingga apabila setiap bertindak tindakkan mereka itu harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakatnya.
Adapun dalam kebudayaan yang mana mencakup keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, hukum, adat istiadat, kebiasaan serta kemampuan-kemampuan lainnya diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat, juga merupakan komponen masyarakat. Karena tidak ada mayarakat yang tanpa mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, karena kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat. Suatu masyarakat tidak lah mungkin dapat terwujud tanpa memiliki berbagai pengetahuan, adat istiadat, hukum, dan yang lainnya.
Komponen masyarakat lainnya adalah self supporting atau memenuhi kebutuhan sendiri. Berbagai keperluan masyarakat atau anggota-anggota masyarakat haruslah dapat mereka penuhi sendiri. Mereka mampu dan berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka dengan demikian masyarakat itu tetap survival dan tidak punah.
2. Terbentuknya masyarakat
Definisi masyarakat memang sangat relatif, tergantung kesamaan wilayah atau ciri kebudayaan. Namun masalahnya bagaimana populasi atau sekumpulan orang merasa perlu berkelompok yang akhirnya memiliki kesadaran sebagai anggota masyarakat. Untuk itu perlu kiranya kita mengetahui mengenai terbentuknya masyarakat, atau dikenal dengan teori evolusi manusia dan kebudayaan.
Ahli paleontropologi sebuah cabang antroplogi yang mempelajari asal usul kehidupan manusia berdasarkan bukti-bukti arkeologi, telah lama berpendapat bahwa manusia merupakan salah species primat yang berevolusi. Manusia juga dianggap sebagai primat yang paling maju dalam mengembangkan akalnya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Adapun salah satu ciri yang menononjol dalam diri manusia adalah juga jenis primat lainnya seperti binatang adalah nalurinya untuk hidup dalam kelompok.
Seseorang harus memenuhi berbagai kebutuhan untuk dapat memenuhinya dan mempertahankan hidupnya. Namun cara-cara untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut namun sering kali tidak dapat ia penuhi sendiri, melainkan harus bekerja sama dengan orang lain. Maka dengan demikian inilah yang menyebabkan tiap orang mempunyai ketergantuingan satu sama lain. Kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti makan, reproduksi, atau memperoleh keturunan, dan mempertahankan diri menuntut adanya hubungan dengan sesamanya. Hubungan tersebut terjalin melalui proses komunikasi sehingga terciptalah bahasa dan sistem tanda, baik dalam bentuk isyarat atau gerak maupun suara.
Dengan adanya komunikasi juga memungkinkan tiap orang saling memahami. Dan pada akhirnya pengorganisasian dan pengaturan dilakukan untuk menjaga hubungan-hubungan sosial tersebut sehingga kebutuhan individu dan kelompok dapat terpenuhi tanpa mengorbankan individu lainnya. Karena jika tidak, kelomopok tersebut akan menghadapi ketidak teraturan yang mengakibatkan kerugian bagi individu di dalamnya.
3. Unsur-Unsur Mayarakat
Agar terciptanya dalam suatu lembaga, atau juga dapat dikatakan sebagai masyarakat maka perlu kita ketahui bahwa masyarakat harus ada mencakupi unsur-unsur tertentu.
Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut yaitu:
1. Beranggotakan minimal dua orang.
2. Berhubungan dengan waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
3. Menjadi sistem hidup yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Sementara itu Abdulsyani juga mengungkapkan beberapa unsur masyarakat sebagai berikut:
1. Sejumlah masnusia yang hidup bersama dalam waktu yang relative lama, di dalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai harapan-harapan sebagai sarana bahwa dari hidup bersama itu terdapat system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakt tersebut.
2. Manusia yang hidup bersama itu merupakan satu kesatuan
3. Manusia yang bersama itu merupakan suatu system hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota masyarakat merasa dirinya asing-masing terikat dengan kelompoknya.

Menurut Maria Levi bahwa unsur-unsur masyarakat adalah:
a. Ada sistem tindakan utama.
b. Saling setia terhadap pada sistem tersebutpada sistem tersebut.
c. Mampu bertahan hidup.
d. Seagian atau seluruh anggota mereproduksi atau memikirkan anggota baru.
Dari pendapat para ahli diatas ternyata pendapat mereka mengenai unsur masyarakat yaitu sama yang pada dasarnya bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua individu atau lebih yang saling berinteraksi satu sama lain dan yang berhubungan dalam waktu yang relatif lama dan mempunyai rasa satu kesatuan, yang mana di dalamnya dari individu-indivu tersebut dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai harapan-harapan sebagai sarana bahwa dari hidup bersama itu terdapat system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat tersebut guna untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama.
4. Perkembangan Masyarakat
Adapun sebelum kita memahami lebih lanjut mengenai masyarakat pos-industri, maka alangkah lebih baiknya kita terlebih dahulu membahas mengenai perkembangan masyarakat, yaitu (http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/proses-perkembangan-masyarakat.html).

a. Masyarakat Pra-Industri
Dalam buku The Coming of Post-Industrial Society, Bell (1976) menyebutkan bahwa dalam masyarakat pra-industri, angkatan kerja yang ada umumnya banyak terlibat dalam industri-industri ekstraktif, yaitu meliputi pertambangan, perikanan, kehutanan, pertanian. Ketika sumber daya alam melimpah, dan orang tidak terlalu harus bergantung pada teknologi untuk memperoleh sesuatu, maka kehidupan utama penduduk di era pra-industrial umumnya adalah bergantung dan banyak bersinggungan dengan alam. Orang bekerja dengan kekuatan ototnya dengan cara-cara yang telah diwarisinya, dan indrawi orang terhadap dunia terkondisi sedemikian rupa tergantung pada elemen-elemen seperti musim, sifat dari tanah, dan jumlah air. Ritme kehidupan masyarakat di era pra-industrial lebih cenderung dibentuk oleh siklus dan ritme alam, sehingga jenis pekerjaan penduduk pun umumnya sangat tergantung pada alam, yang produktifitasnya rendah, dan ekonomi pun terkait dengan wujud alam dan fluktuasi harga bahan baku dalam ekonomi dunia. Unit kehidupan sosial yang berkembang pada masyarakat pra-industrial adalah perluasan dari rumah tangga. Secara umum, di masyarakat pra-industrial kesejahteraan belum dan tidak mudah tercapai, karena warga masyarakat yang ada cenderung hanya bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk dirinya sendiri. Di era masyarakat pra-industrial, sering terjadi jasa pelayanan domestik menjadi murah dan berlimpah-ruah. Di Inggris, menurut Daniel Bell, sampai periode Victorian Pertengahan, kelompok pekerja terbesar tunggal dalam masyarakat ialah pembantu rumah tangga. Masyarakat pra-industri adalah masyarakat agraria yang terstruktur dalam cara-cara yang rutin dan dikelola oleh otoritas tradisional.
b. Masyarakat Industri
Dalam masyarakat industri  yang secara geografis menurut Bell umumnya berada di wilayah negara-negara Atlantik Utara ditambah Uni Soviet dan Jepang – mereka umumnya adalah masyarakat penghasil barang. Berbeda dengan masyarakat pra-industrial yang kehidupannya lebih banyak dikendalikan alam, kehidupan masyarakat industri ibaratnya adalah sebuah permainan bersama fabrikasi alam yang bersifat teknis dan rasional. Modernisasi dan kehadiran berbagai perangkat teknologi produksi atau mesin sangat mendominasi, dan ritme kehidupan masyarakat umumnya dipacu secara mekanis. Keberadaan tenaga manual yang harus bersaing dengan teknologi modern, menyebabkan ritme kehidupan masyarakat lantas lebih sering menyesuaikan diri dengan irama mesin daripada irama kehidupan manusia itu sendiri. Di era masyarakat industrial, penemuan energi dan mesin-mesin telah menggantikan kekuatan otot dan kehadiran listrik yang merupakan dasar bagi produktifitas merupakan tanda dari masyarakat industri. Di masyarakat industri, keahlian diuraikan ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana, yaitu ahli teknik, yang bertanggungjawab atas tata letak dan aliran kerja, serta pekerja setengah ahli. Dalam proses perkembangan masyarakat industri, bukan tidak mungkin di satu titik tertentu, kehadiran mesin yang diciptakan manusia nantinya justru akan menggantikan diri manusia, karena dirasakan lebih produktif dan tak berperasaan. Di masyarakat industrial, sering terjadi manusia lantas hanya diperlakukan sebagai “benda”, sehingga tak jarang terjadi apa yang disebut proses eksploitasi dan alienasi.
c. Masyarakat Post-Industri 
Masyarakat Post Industri (Post Industrial Society): Daniel Bell Masyarakat post industri merupakan sebuah konsep ekonomi yang menjelaskan bahwa sektor jasa menghasilkan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan sektor industri atau manufaktur di beberapa negara. Perkembangan masyarakat modern yang sering disebut dengan masyarakat post-industri.
Masyarakat pos-industri yang disebut Bell sebagai masyarakat informasi ini umumnya didasarkan pada jasa pelayanan dan keahlian profesional. Berbeda dengan kaum petani dan buruh yang hanya mengandalkan pada kekuatan otot secara manual, di era masyarakat post-industrial, aktivitas perekonomian dan bahkan kehidupan sosial-politik umumnya banyak dipengaruhi bukan hanya energi, tetapi juga informasi. Pelaku utamanya disebut kaum profesional, karena mereka dalam bekerja berbekal dan dilengkapi dengan pendidikan dan kepelatihannya, sehingga memperoleh jenis keahlian yang semakin dibutuhkan dalam masyarakat pasca-industri. Berbeda dengan masyarakat industri yang ditandai dengan kuantitas barang sebagai tanda dari standar kehidupan, maka masyarakat pasca-industri ditandai dengan kualitas kehidupan yang diukur oleh jasa dan kesejahteraan – kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan seni – yang sekarang memang dikehendaki dan menjadi dambaan bagi siapa saja.
Menurut Daniel Bell, dalam transformasi masyarakat industri menuju pasca-industri, terdapat beberapa tahapan berbeda. Pertama, dalam perkembangan dasar masyarakat industri terdapat perluasan transportasi dan utilitas umum yang diperlukan sebagai jasa tambahan di dalam menggerakan barang serta semakin bertambah besarnya penggunaan energi, dan adanya peningkatan pada non-manufaktur tapi masih membutuhkan pekerja kasar. Kedua, dalam konsumsi massal terhadap barang dan pertumbuhan populasi, terdapat peningkatan pada distribusi (besar maupun retail), dan keuangan, real-estate, serta asuransi, yang merupakan pusat-pusat dari pekerjaan kantoran. Ketiga, ketika naiknya pendapatan nasional, orang menemukan bahwa proporsi uang untuk makanan di rumah mulai menurun, dan sebaliknya terjadi peningkatan proporsi uang yang digunakan untuk membeli bahan-bahan tahan lama (pakaian, rumah, mobil), selanjutnya item-item mewah, rekreasi dan seterusnya.
a) Pergeseran Masyarakat dari Masyarakat Industri Menjadi Masyarakat Post Industri
Pergeseran masyarakat dari tahap industri ke post-industri sudah barang tentu tidak terjadi secara tiba-tiba. Salah satu indikasi terpenting atas hal tersebut adalah bergesernya sebagian besar angkatan kerja dari sektor pertanian (sektor primer) dan manufaktur (sektor sekunder) ke sektor-sektor jasa (sektor tersier). Perkembangan lapangan kerja di bidang informasi, khususnya di lingkungan kantoran yang melahirkan pekerja “kerah putih” ikut menopang pesatnya pertumbuhan sektor-sektor jasa tersebut. Pekerjaan di bidang informasi itu sendiri sangat beragam, mulai dari pemograman dan pembuatan perangkat lunak komputer hingga ke pengajaran dan penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan informasi dan dampak perkembangan teknologi informasi. Industri-industri informasi seperti penyedia jaringan data, dan jasa-jasa komunikasi merupakan pekerjaan di bidang informasi yang tumbuh di era masyarakat post-industrial dan semua itu membuat pekerjaan informasi menjadi pilar terpenting perekonomian. Sistem stratifikasi dan kekuasaan masyarakat post industri dapat dibandingkan dengan tipe masyarakat awal pra industri dan masyarakat industri yang berdasarkan alokasi sumber-sumber langka. Sumber utama masyarakat pra industri ialah tanah. Disini penguasa masyarakat pra industri adalah pemilik tanah dan militer sedangkan kekuasaannya berdasarkan atas kekuatan. Sumber utama masyarakat industri adalah mesin dan yang berkuasa adalah kaum pengusaha sedangkan kekuasaan mereka berdasarkan pengaruh tak langsung dalam politik. Sumber utama masyarakat post industri adalah pengetahuan dan kekuasaan dominan dipegang kaum ilmuwan dan peneliti. Dalam kajian dan perkembangan ilmu sosial, konsep tentang.
Masyarakat post industri dalam karya Daniel Bell sebenarnya tidak muncul begitu saja dari hasil perenungan. Bell mengemukakan prediksinya tentang kehadiran masyarakat post industri karena adanya kecenderungan data yang memperlihatkan perubahan yang terjadi di masyarakat, terutama berkaitan dengan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru di masyarakat. Kecenderungan utama yang mengiringi proses terbentuknya masyarakat post industri adalah kemunculan dan pesatnya pertumbuhan berbagai jenis lapangan kerja yang berhubungan dengan informasi, meningkatnya bisnis dan industri dengan produksi, transmisi dan analisis informasi, serta meningkatnya sentralitas peran para teknolog, yaitu para manajer dan profesional terdidik yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah dan memanfaatkan informasi untuk keperluan pembuatan keputusan.
Tentang kecenderungan munculnya berbagai pekerjaan di sektor jasa, khususnya bidang informasi, dalam The Coming of Post Industrial Society, Daniel Bell (1976) lebih rinci mengemukakan bahwa setelah pergantian abad, hanya ada tiga pekerja dari setiap sepuluh pekerja dalam negeri bekerja dalam industri jasa dan tujuh dari sepuluh pekerja terlibat dalam produksi barang. Sampai tahun 1950-an, proporsi tersebut menjadi lebih seimbang. Memasuki tahun 1968, proporsi berubah sehingga enam dari setiap sepuluh pekerja bekerja dalam bidang jasa. Kemudian pada tahun 1980-an, dengan naiknya dominansi jasa pelayanan, nyaris tujuh dari setiap sepuluh pekerja bekerja dalam industri jasa. Menurut fakta sejarah yang terjadi, perubahan lapangan pekerjaan ke bidang jasa memang bukan merupakan perubahan yang sifatnya instant, tiba-tiba hadir melangkahi trend jangka panjang perkembangan masyarakat sebelumnya. Sebagai contoh, di Amerika, sebagaimana dikaji Bell, dari tahun 1870 sampai 1920, terjadi perpindahan pekerjaan masyarakat dari bidang pertanian ke industri: lapangan pekerjaan dalam bidang jasa naik cepat dalam bidang industri dan peningkatan besar dalam bidang jasa berada pada bidang-bidang tambahan dari transportasi, utilitas, dan distribusi. Ini adalah periode sejarah dari industrialisasi dalam kehidupan bangsa Amerika. Namun, setelah tahun 1920, tingkat pertumbuhan pada sektor non-pertanian mulai melandai. Lapangan pekerjaan industri masih meningkat jumlahnya, tetapi proporsi dari total lapangan pekerjaan cenderung menurun, ketika lapangan pekerjaan dalam bidang jasa mulai tumbuh dengan tingkat yang lebih cepat, dan dari tahun 1968 sampai 1980, apabila kita mengambil bidang manufaktur sebagai kunci utama bagi sektor industri, maka tingkat pertumbuhan akan kurang sampai separuh angkatan kerja secara keseluruhan. Terlepas apapun perubahan yang terjadi, dan seberapa besar proporsi pekerjaan di bidang jasa yang tumbuh, perubahan masyarakat menjadi masyarakat post-industri sesungguhnya tidak hanya ditandai dengan perubahan pada sektor distribusi (tempat masyarakat menjadi seorang pekerja) namun juga pada pola pekerjaan, yakni jenis pekerjaan yang mereka kerjakan, seperti menjadi guru, dokter, programer, dan lain-lain.

b) Dimensi Masyarakat Pos-Industri
Menurut Bell, konsep masyarakat pos-industri dapat dipahami lewat empat dimensi atau komponen, yaitu (http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/dimensi-masyarakat pos-industri .html).
a. Dimensi yang menyangkut sektor ekonomi, dimensi yang berkaitan dengan sektor ekonomi maksudnya yaitu masyarakat yang bekerja sebagai penghasil barang beralih menjadi masyarakat yang berperan sebagai pekerja yang menawarkan jasa. Hal ini dikarenakan industri yang semakin maju, contohnya adalah semakin besar prosentase angkatan kerja yang bergerak meninggalkan sektor pertanian menuju ke sektor manufaktur ekonomi.
b. Dimensi lapangan pekerjaan, maksudnya yaitu terdapat perubahan dalam jenis kerja seperti keunggulan kelas profesional dan teknis. Jenis pekerjaan yang menjadi jantung pada masyarakat post industri antara lain adalah para ilmiawan, insinyur, teknis.
c. Dimensi pengetahuan Pemusatan pengetahuan teoritis sebagai inovasi pembentuk kebijaksanaan bagi masyarakat. Pemusatan pengetahuan teoritis sebagai inovasi pembentuk kebijaksanaan bagi masyarakat. Dalam era post industri teoritis abstrak lebih unggul dari pengetahuan yang konkrit (penemuan) karena pengetahuan teoritis dianggap penting sebagai sumber keputusan-keputusan kebijakan.
d. Demensi orientasi masa depan, yaitu dimensi orientasi masa depan pada masyarakat post industri dikendalikan oleh teknologi. Dengan kata lain masyarakat post-industri bisa berencana dan mengontrol pertumbuhan teknologi. Era post-industrial society ditandai dengan:
1) Ekonomi menuju transisi dari memproduksi barang menjadi menyediakan jasa.
2) Pengetahuan menjadi bentuk modal yang berharga.
3) Memproduksi ide adalah jalan utama untuk menumbuhkan ekonomi.
4) Melalui proses globalisasi dan automasi, nilai dan kepentingan terhadap ekonomi ala kerah biru (buruh), pekerjaan yang tidak bersatu, termasuk buruh manual (contoh: pekerjaan lini perakitan) menurun. Lalu pekerjaan profesional (seperti ilmuwan, profesional di bidang industri kreatif, dan profesional IT) bertumbuh.
5) Teknologi, sains, dan keterampilan informasi meningkat dan jadi kebiasaan sehari-hari.
Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa masyarakat post industri adalah masyarakat yang sangat terdidik, sehingga pengetahuan merupakan sumber dari segalanya.  Masyarakat post industri bekerja atas pengetahuan praktis, yakni pengetahuan yang datang setelah melakukan sesuatu, bukan dari riset murni, dan tokoh yang representatif adalah para penemu seperti Jams Watt dan Thomas Alfa Edisen. Masyarakat post industri berdasar pada pengetahuan teoritis, yaitu berupa pengetahuan-pengetahuan yang dikembangkan di universitas-universetas dan lembaga-lembaga riset. Dalam masyarakat post industri terjadi perubahan bentuk ekonomi yaitu dari barang ke jasa. Karena masyarakat post industri bertumpu pada informasi, kaum profesional semakin dibutuhkan. Hal tersebut disebabkan para kaum profesional tersebut memiliki informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, ramalan sosial bertugas mengidentifikasikan beberapa rintangan terhadap perubahan arah masyarakat yang berorientasi jasa tersebut. Salah satunya adalah rintangan produktivitas.
Bell menyatakan bahwa produktivitas dan output yang berupa barang tumbuh lebih cepat daripada jasa-jasa. Dalam jasa terdapat hubungan antara orang dengan orang daripada orang dengan mesin. Karena ketergantungan tersebut merupakan ketergantungan terhadap orang yang jasa-jasanya tetap harus dibayar maka biaya terus meningkat.
Menurut Bell dalam masyarakat sering terjadi perubahan struktural yang mempengaruhi pengetahuan dan teknologi. Pertumbuhan penting tak hanya terjadi dalam tingkat penemuan-penemuan saja tapi dalam skala kehidupan pun terjadi peningkatan-peningkatan. Menurut Bell, beberapa keputusan penting yang harus dihadapi masa depan masyarakat post-industri antara lain : metode pembiayaan pendidikan tinggi, evaluasi riset yang hasilnya dapat dipakai untuk  alokasi masa depan sumber-sumber penelitian yang langka, penentuan proses kondisi dan setting untuk penciptaan kreativitas dan produktivitas, proses penemuan-penemuan teknologis yang dibuat dalam laboratorium bias ditransfer sehingga lebih siap untuk diproduksi, analisa arah dan kecepatan perkembangan pengetahuan dan tata cara penyesuaian guru-guru terhadap perkembangan terakhir, masalah monitoring perubahan sosial.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sebagaimana penjelasan diatas mengenai masyarakat pos-industri maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa masyarakat post-industri adalah masyarakat yang sangat terdidik, sehingga pengetahuan merupakan sumber dari segalanya. Masyarakat post-industrial berbeda dengan dua jenis masyarakat sebelumnya, yaitu masyarakat pra-industri dan masyarakat industri.
Bila kekuatan utama masyarakat pra-industri terletak pada sumber daya alam, terutama lahan, dan masyarakat industri pada mesin, maka dalam masyarakat post-industrial adalah informasi serta teknologi informasilah sebetulnya yang menjadi kekuatan utamanya. Tanpa memiliki kemampuan untuk mengolah informasi dan dukungan teknologi informasi, sehingga dengan menggunakan hal tersebut setiap orang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan, maka mereka dapat menjual jasa. Dan selain itu juga dalam masyarakat post industri terjadi perubahan bentuk ekonomi yaitu dari barang ke jasa. Karena masyarakat post industri bertumpu pada informasi, kaum profesional semakin dibutuhkan. Hal tersebut disebabkan para kaum profesional tersebut memiliki informasi yang diperlukan.
Adapun faktor yang melatarbelakangi terjadinya hal tersebut adalah ketika seseorang ingin membuka lapangan pekerjaan secara pribadi, maka mereka tidak bisa merealisasikannya, dikarenakan mereka terbentur dengan modal, sehingga kebanyakan orang pada saat ini lebih memilih untuk menjual jasa.
2. Saran
Setelah penulis simpulkan dari keseluruhan pembahasan, penulis perlu memberi saran-saran yang erat kaitannya dengan pembahasan tersebut, dan hal ini perlu kiranya disampaikan agar pembaca pada umumnya dapat memahami apa yang diinginkan penulis dari pembahasan tersebut.