Rabu, 28 Februari 2018

KEBUDAYAAN BALI



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa macam kebudayaan. Keadaan geodrafis Indonesia yang terdiri dari kurang lebih 3.000 pulau yang terserak di suatu daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3.000 mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan.
Melihat kenyataan tersebut, Penuilis ingin memperdalam salah satu kebudayaan yg ada di Indonesia, yaitu kebudayaan Bali.
Pulau Bali merupakan bagian dari Kepulauan Sunda Kecil yang  merupakan ibu kota Denpasar. Tempat penting yang berada di pulau Bali lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni yang terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Denpasar,Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang merupakan tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun sebagai tempat peristirahatan. Suku bangsa Bali dibagi menjadi 2 adalah: Bali Aga (penduduk asli Bali yang tinggal di daerah trunyan), dan Bali Mojopahit (Bali Hindu / keturunan Bali Mojopahit).
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik
Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan oleh faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan ( patra ). Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina, dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India. Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan dan tidak kehilangan jati diri (Mantra 1996).
Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia ( pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu ( athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam ajaran hukum karma phala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula seBaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang bersangkutan.
Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jelas yaitu budaya ekspresif yang termanifestasi secara konfiguratif yang emncakup nilai-nilai dasar yang dominan sepert: nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan (Geriya 2000: 129). Kelima nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanjut menghadapi berbagai tantangan.
Ketahanan budaya Bali juga ditentukan oleh sistem sosial yang terwujud dalam berbagai bentuk lembaga tradisional seperti banjar, desa adat, subak (organisasi pengairan), sekaa (perkumpulan), dan dadia (klen). Keterikatan orang Bali terhadap lembaga-lembaga tradisional tersebut baik secara sukarela maupun wajib, telah mampu berfungsi secara struktural bagi ketahanan budaya Bali. Menurut Geertz (1959) orang Bali sangat terikat oleh beberapa lembaga sosial seperti tersebut di atas. Lembaga tradisional seperti desa adat dianggap benteng terakhir dari kebertahanan budaya Bali.
Namun demikian, perlu kiranya dipahami bahwa ketahanan kebudayaan Bali mempunyai kelemahan dari tiga aspek pokok yaitu ketahanan struktural, fungsional dan prosesual (Geriya 2000:183). Ketahanan struktural secara fisik terkait dengan penguasaan tanah sebagai penyangga budaya, yang bukan saja berubah fungsi tetapi juga berubah penggunaannya. Kelemahan fungsional terkait dengan melemahnya fungsi bahasa, aksara dan sastra Bali sebagai unsur dan media kebudayaan. Kelemahan prosesual realitas konflik yang berkembang dengan fenomena transformasi dengan ikatannya berupa fragmentasi dan disintegrasi.
Menurut Koentjaraningrat, setidaknya ada tujuh unsur kebudayaan yang universal, yaitu : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian.
Merujuk pada permasalahan diatas, Penulis akan memperdalam tiga dari tujuh unsur kebudayaan Bali, yakni bahasa, sistem peralatan hidup dan teknologi, dan kesenian.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dari makalah ini ialah :
1. Apa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bali?
2. Bagaimana sistem peralatan hidup dan teknologi kebudayaan Bali?
3. Bagaimana kesenian kebudayaan Bali?

C. Tujuan
Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bali.
2. Untuk memahami sistem peralatan dan teknologi kebudayaan Bali.
3. Untuk mengetahui kesenian kebudayaan bali.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahasa Bali
Masyarakat Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan juga Indonesia, sebagian besar  bahasa yang di gunakan masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris merupakan bahasa ketiga dan bahasa asing yg digunakan masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Menurut satra Bali Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit atau Bahasa Bali Alus Singgih yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.

B. Sistem Peralatan dan Teknologi Kebudayaan Bali
Dari segi peralatan hidup masyarakat Bali, Penulis tertarik untuk mengetahui alat transportasi. Mengingat di Bali dewasa ini sangat banyak turis asing maupun lokal, yang otomatis sangat membutuhkan alat transportasi untuk menjalani segala bentuk aktivitasnya.
Bali tidak memiliki jaringan rel kereta api namun jaringan jalan yang ada dipulau ini tergolong sangat baik dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan baik khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan yakni Legian, Kuta, Sanur,Nusa Dua, Ubud, dll. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi masal saat ini disiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan lebih terhadap para wisatawan.
Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya dibangun di Bali bagian selatan sekitar Denpasar,Kuta,Nusa Dua dan Sanur sedangkan wilayah utara kurang memiliki akomodasi yang baik.


Jenis kendaraan umum di Bali antara lain:
· Dokar, kendaraan dengan menggunakan kuda sebagai penarik dikenal sebagai delman di tempat lain
· Ojek, taksi sepeda motor
· Bemo, melayani dalam dan antarkota
· Taksi
· Komotra, bus yang melayani perjalanan ke kawasan pantai Kuta dan sekitarnya
· Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.
Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di kabupaten Singaraja dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit saja. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padangbai menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat sampai lima jam lamanya
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.
PAKAIAN ADAT BALI
Pakaian adat Bali sebenarnya memiliki makna dan tujuan tertentu atau masing-masing walaupun kelihatannya sama. Pakaian yang digunakan pada saat  upacara/ritual tentunya bereda dengan pakaian sehari-hari. Dibedakan antara Pria dan Wanita. Kita juga dapat mengetahui status sosial berdasarkan corak dan bentuk dari pakaian adat di sini.

1. Pria
Busana tradisional pria umumnya terdiri dari:
· Kain wastra (kemben)
· Sabuk
· Keris
· Beragam ornamen perhiasan
· Udeng (ikat kepala)
· Kain kampuh
· Umpal (selendang pengikat)
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.

2. Wanita
Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada. Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari:
· Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
· Selendang songket bahu ke bawah
· Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
· Beragam ornamen perhiasan
· Gelung (sanggul)
· Sesenteng (kemben songket)
· Kain wastra
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.
 
Sumber foto : http://amazingworldtourism.blogspot.com/2012/05/pakaian-adat-daerah-bali.html
C. Kesenian
Kebudayaan dan kesenian di bali di golongkan 4 golongan utama yaitu:
1. Seni rupa misalnya seni lukis.
2. Seni patung misalnya membuat ukiran patung atau memahat.
3. Seni arsistektur misalnya seni dalam membuat rumah khas Bali yang berdasarkan atas asta kosala kosali.
4. Seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya seni video dan film.
Berbicara tentang kesenian di Bali, Penulis tertarik membahas tentang tarian karena kesenian yang paling termasyhur di Bali ialah tariannya. Tarian Bali merupakan salah satu daya tarik bagi turis untuk mengunjungi Bali.
Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.

 
sumber foto : http://www.anekaremaja.com/2012/02/tari-bali-jenis-tari-bali.html
Pakar seni tari Bali I Made Bandem pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged serta berbagai koreografi tari modern lainnya. Salah satu tarian Bali yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
1. Tari Kecak
 
sumber foto : http://www.transtiket.com/news-detail.html?id=Tari_Kecak
Tari Kecak merupakan tarian yang sudah terkenal di Bali, Tarian ini biasanya dipentaskan  di Pura Luhur Uluwatu, di Desa Batubulan, serta di Jalan Hanoman(di daerah Ubud). 
  Tari ini biasanya dimainkan oleh sejumlah penari(umumnya pria), antara 50 sampai 150 orang dengan durasi antara 45-60 menit. Tari Kecak biasanya mngkomposisikan instrumn vokal para penarinya dengan bunyi cak, cak, cak sambil mengangat kedua lengan  untuk mengiringi cerita epik Ramayanan yang menjadi cerita utama dalam tarian ini.
Penggalan epik Ramayana yang menjadi sumber cerita adalah kisah penculikan Dewi Sinta(istri sang Rama) oleh Raja Rahwana dari negeri Alengka. Dalam tarian ini digambarkn bagaimana Rama berjuang membebaskan kekasihnya, Dewi Sinta, yang diculik dan dibawa kabur oleh Hanoman(si Kera Outih) dan Sugriwa. Selain mementaskan cerita tentang Ramayanan, Tari Kecak juga menampilakn Tari Sanghyang dedari dan Tari Sanghyang Jaran sebagai penutup pertunjuakan.
Keunikan dari Tari Kecak ini adalah, tarian tidak mengandalkan istrumen alat musik  untuk mengiringi tarian, melainkan paduan suara para penarinya. Irama bunyi cak, cak, cak ditata sedemikian rupa, sehingga akan menghasilkan paduan sura yang indah dan khas. Para penari yang membunyikan suara cak, cak, cak tersebut biasanya bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur yang melingkai pingang mereka. Sementara para tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, maupun Sugriwa menggunakan pakaian seperti umumnya pada pertunjukan Ketoprak.
Bila cerita Ramayana dalam tarian ini selesai dopentaskan, pertunjukan akan diteruskan dengan Tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran  yang para penarinya dipercaya kemasukan roh halus, sehingga mempunyai kekebalan ketika menari di atas api.
Tari Sanghyang Dedari merupakan tarian untuk mengusir roh-roh jahat yang dipentaskan oleh dua gadis yang masih perawan. Sementara Sanghyang Jaran merupakan tarian yang dibawakan oleh lelaki kesurupan yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda, dan para penari menari di atas api.
Tari Kecak adalah salah satu prtunjukan seni khas Bali yang menjadi agnda tujuan para wisatawan. Banyak penyedia jasa travel maupun paket tur wisata yang menawarkan agenda pertunjukan ini. Bagi para wisatawan yang tidak ingin kesulitan bisa memanfaatkan jasa travel wisata yang banyak terdapat di di Denpasar. Penyedia jasa travel biasanya akan menawarkan berbagai macam paket wisata.
2. Tari Pendet
Tari Pendet adalah tarian kelompok yang biasanya ditarikan oleh sekelompok remaja putri di mana setiap orang penari membawa sebuah mangkok perak (bokor) yang berisikan bunga berwarna-warni. Pada akhir tariannya, mereka para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton, sebagai wujud ungkapan dan ucapan selamat datang.
Mengenai penggagas dari tarian tersebut menurut Dibia adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha Denpasar yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng. “Kedua seniman ini menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari untuk disajikan sebagai bagian dari pertunjukan turistik di sejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali.
Pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari Pendet tersebut menjadi polanya seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang.
Tahun 1962, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari Pendet massal, dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Game di Jakarta.
 











BAB III
KESIMPULAN
Masyarakat Bali menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Bali, Indonesia, dan Inggris. Bahasa Indonesia dan Inggris digunakan masyarakat Bali karena di Bali banyak wisatawan asing maupun lokal.
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui.
Kesenian yang paling termasyhur di Bali yaitu tariannya,yaitu tari kecak dan tari pendet. Tari-tarian tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berlibur ke Bali.

KOMENTAR PENULIS SETELAH MENGKAJI KEBUDAYAAN BALI
Bali merupakan daerah tempat tujuan pariwisata, segala yang berhubungan dengan Bali dijadikan daya tarik bagi para wisatawan. Tak heran masyarakat Bali sangat menjaga kelestarian budaya mereka. Contohnya saja di bidang kesenian, tari kecak dan tari pendet menjadi suatu tarian yang sering ditampilkan untuk menghibur para wisatawan.
Masyarakat bali juga dari segi bahasa sangat mahir berbicara bahasa Inggris terutama di tempat-tempat pariwisata.







DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Koenjtaraningrat. 2009. “Pengantar Ilmu Antropologi”. Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. Nasikun. 2012. “Sistem Sosial Indonesia”. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada.
http://de-kill.blogspot.com/2009/04/sekilas-budaya-bali.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar