Rabu, 28 Februari 2018

EVOLUSI SOSIAL HERBERT SPENCER



Evolusi Sosial Herbert Spencer
A.     PENDAHULUAN
a.      Latar belakang masalah
Dalam mempelajari perkembangan paradigma dan teori perubahan sosial, kita tidak bisa terlepas dari hasil-hasil pemikiran tokoh sosiologi di masa lalu. Hal ini dikarenakan, teori-teori sosial yang sekarang kita pelajari dan gunakan untuk membaca fenomena sosial yang terjadi seringkali menggunakan hasil pemikiran tokoh masa lalu bersangkutan, atau perkembangan dari teori yang perah mereka kembangkan.
Selanjutnya, dalam mempelajari hasil pmikirn seorang tokoh, kit tidak bisa begitu saja melepaskan diri dari pembahasan tentang tokoh bersangkutan. Hal ini bisa dimengerti, karena bagaimana proses dan hasil pemikiran tidak bisa terlepas dari latar belakang pemikir, lingkungan tempat dia hidup, serta masalah-masalah apa saja yang pernah dihadapinya, yang seringkali menimbulkan perkembangan dalam teori sosial yang digagasnya.
Berdasarkan beberapa alasan di atas, dalam makalah ini penyusun akan membaas tentang Herbert Spencer. Salah satu tokoh sosiologi yang hingga saat ini teoriny banyak diperbincangkan sebagai teori perubahan sosial.
b.     Rumusan masalah
Dari paparan dalam latar belakang di atas, dalam makalah ini peyusun akan membahas permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana kehidupan Herbert Spencer?
2.      Bagaimana perkembangan pemikiran Herbert Spencer?
3. Bagaimanakah sangkalan-sangkalan yang muncul terhadap pemikiran Herbert Spencer?
B.     PEMBAHASAN
a.      Biografi Herbert Spencer
Herbert Spencer adalah seorang Tokoh Sosiologi yang lahir di Derbyshire, Inggris pada tanggal 27 April 1820, satu dari sembilan bersaudara. Namun, selanjutnya dia menjadi anak tunggal karena hanya dia yang mampu bertahan hidup dari sekian anak pasangan William dan Haerriet Spencer. Kemudian, karena alasan kesehatan Spencer kecil menjalani pendidikan di rumah. Dia tidak mempelajari seni dan humaniora, melainkan teknik dan utilitarian.[1]
 
Kematian saudara-saudara Spencer dan juga gangguan kesehatan yang dideritanya saat itu, antara lain akibat pengaruh dari revolusi Inggris yang terjadi saat itu (abad ke-19) di mana pabrik-pabrik dengan limbahnya yang berbahaya, berhimpitan letaknya dengan pemukiman. Sehingga polusi limbah pabrik mejadi konsumsi sehari-hari warga.
Kemudian dalam usianya yang ke-17, Spencer mulai bekerja sebagai insinyur sipil di perusahaan kereta api London dan Birmingham. Karirnya terbilang bagus, hingga dia dipercaya menjadi kepala bagian mesin di perusahaan tersebut. Pekerjaan ini dijalaninya sampai tahun 1846. Pada periode ini pula Spencer melanjutkan pendidikan dengan biaya sendiri.
Pada tahun 1948, Spencer ditunjuk menjadi editor di majalah The Economist yang semakin mengentalkan gagasan-gagasannya, sehingga dua tahun kemudian ia menyelesaikan karya pertamanya, Social Statics. Selama menulis karya ini, Spencer mulai mengalami insomnia, dan setelah beberapa tahun berselang masalah mental dan fisiknya memuncak. Ia menderita serangkaian kerusakan saraf sepanjang hidupnya.
Pada tahun 1853, Spencer menerima banyak warisan dari pamannya, Thomas Spencer. Di mana dengan warisan itu Spencer memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi ilmuwan yang bermartabat. Pada masa-masa ini, Spencer sangat produktif dalam segi intelektual, meskipun sakit mental dan fisiknya makin parah, serta makin terisolasi.
Produktifitas Spencer tidak hanya karena dia rajin membaca, tapi juga karena dia rajin mengumpulkan fakta-fakta mengenai masyarakat di manapun di dunia ini, serta menyusun klasifikasinya.
Karya Herbert Spencer antara lain: Social Statics, Principles of Sociology,  Principles of Psychology, Principles of Biology, First Principles, The Study of Sociology, Descriptive Sociology, dan Principle of Ethics. Yang ditulis pada kurun 1850-1877.[2] Selain itu, Spencer juga mengembangkan sistem filsafat dengan aspek utiliter dan evolusioner. Spencer membangun utiliterisme Jeremy Bentham yang mempelopori aliran gerakan reformasi. Jeremy Bentham berpendapat bahwa logika ilmiah harus didasarkan pada pengetahuan yang cukup mengenai kondisi sosial yang aktual.[3]
Spencer jugalah yang pertama kali memperkenalkan konsep survival of the fittest atau yang bisa beradaptasilah yang akan menang dalam bukunya Social Statics pada tahun 1850. Prinsip ini disebut prinsip Evolusi Sosial. Dan sembilan tahun kemudian, Charles Darwin mengemukakan prinsip yang sama dalam diskursus pembahasan evolusi organisme. Dalam hal ini, Spencer dan Darwin berpendapat bahwa serangkain perubahan (baik sosial maupun organisme) yang berlangsung dalam waktu lama, yang berasal dari kelompok suku yang masih sederhana dan homogen, kemudian berkembang menjadi kelompok yang lebih maju, kompleks, dan terpadu.[4]
Dengan kelebihan sebagai pemikir luar biasa, sayangnya Spencer hampir tidak pernah membaca karya orang lain, dengan alasan bahwa hal itu akan menodai kemurnian intuisi ilmiahnya. Dan jika pun ia membaca, itu hanyalah sebagai upaya penegasan atas tesis-tesis dalam karyanya.[5]
Dan akhirnya, Spencer meninggal pada 8 Desember 1903 dalam usia 83 tahun.
b.      Teori Evolusi Sosial Herbert Spencer
Selama ini, kita mengenal konsep survival of the fittest dalam teori evolusi biologis Charles Darwin pada buku Origin of Species (1859), sekaligus menganggapnya sebagai pencetus awal dari konsep ini. Padahal, sembilan tahun sebelumnya, yakni tahun 1850, Spencer sudah mencetuskan konsep tersebut dalam bukunya Social Statics, jadi kita boleh curiga bahwa konsep survival of the fittest dalam evolusi biologis karya Charles Darwin ini mengadaptasi konsep yang sama oleh Spencer dalam evolusi sosial (atau bisa juga disebut konsep evolusi universal, karena Spencer nyatanya tidak hanya menyoroti ranah-ranah sosial, tapi juga berbagai aspek lain termasuk biologis).
Spencer menggunakan konsep survival of the fittest ini untuk menggambarkan kekuatan fundamental ilmu biologi yang menjadi dasar perkembangan evolusioner. Konsepsi ini dipengaruhi karya Thomas R. Malthus mengenai tekanan kependudukan. An essay on the principle of population (1798). Dalam konsep ini, dipahami bahwa perjuangan untuk bertahan bagi suatu masyarakat agar menghasilkan keseimbangan karea perubahan yang terjadi dari keadaan homogen yang tidak terpadu menjadi heterogen yang terpadu.
Dari kesamaan konsep yang digunakan dalam evolusi organisme dan sosial, kita bisa menarik kesimpulan bahwa dalam kehidupan sebagai makhluk biologis maupun sosial, manusia harus mempunyai daya tahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya agar dapat terus mewujud. Daya tahan di sini, tidak hanya memegang teguh pemikiran atau keadaan awal dan tak mau menerima pegaruh lain, melainkan lebih kepada penyesuaian diri terhadap lingkungan yang dinamis, di mana hal ini tidak mungkin dicegah maupun ditolak.
Evolusi sosial adalah serangkaian perubahan sosial dalam masyarakat yang berlagsung dalam waktu lama, yang berawal dari kelompok suku atau masyarakat yang masih sederhana  dan homogen, kemudian secara bertahap menjadi kelompok suku atau masyarakat yang lebih maju, dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang kompleks.[6]
Spencer lebih lanjut mengatakan, evolusi dalam bentuk sederhana hanyalah merupakan suatu gerak yang hilang dan redistribusi keadaan. Evolusi terjadi di mana-mana dalam bentuk inorganik seperti astronomi dan geologi, dan dalam kehidupan organik seperti biologi dan psikologi, serta kehidupan superorganik seperti sosiologi. Sedang sistem evolusi umum yang pokok menurut Spencer, adalah:[7]
1.      Homogenitas itu tidak stabil. Setiap homogenitas akan semakin berubah dan membesar serta akan kehilangan homogenitasnya karena kejadian setiap insiden tidak sama besar;
2.      Berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam rasio geometris. Berkembangnya bentuk-bentuk yang sebenarnya hanya merupakan batas dari suatu keseimbangan saja, yaitu suatu keadaan seimbang yang berhadapan dengan kekuatan-kekuatan lain;
3. Kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segregasi;
4. Adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Menurut Spencer, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala gejala yang muncul dari perilaku manusia secara bersama-sama. Objek pokok sosiologi, menurutnya adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, industri, asosiasi, masyarakat setempat, pemagian kerja, lapisan sosial, kesenian, dan keindahan.[8] Dengan objek yang begitu banyak, sosiologi tak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu lain.
Tentang evolusi sosial, Soerjono Soekanto mengkategorikan menjadi tiga, yaitu:[9]
1. Unilinear theories of evolution. Teori ini berpendapat bahwa manusia  dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler). Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan  Herbert Spencer. Variasi teori ini adalah Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
2. Universal theory of evolution. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun  susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
3. Multilined theories of evolution. Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam masyarakat.
c.      Tentangan terhadap Teori Herbert Spencer
Spencer menekankan pentingnya pendekatan bagi seluruh gejala yang ada serta meningkatkan pendekatan bagi pengkajian kehidupan sosial. Berbeda dengan anggapan yang berkembang luas pada masa itu, di mana segala permasalahan yang ada dihubungkan dengan hal-hal metafisik maupun agama. Di sini, Spencer menawarkan pendekatan yang bersifat empiris dengan menggunakan data konkret, yang memisahkan antara agama dan metafisik dengan ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja dengan hasil yang sama.
Pendekatan empiris ini mendapat banyak tantangan dari pemuka agama karena dianggap mengesampingkan peran Tuhan. Menanggapi hal itu, Spencer kemudian melakukan rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama, yang dilakukan dengan membagi fenomena menjadi dua. Yaitu fenomena yang dapat dipahami oleh akal, dan fenomena yang tak dapat dipahami akal, yang masuk dalam dimensi ketuhanan. Pembagian ini diterbitkan dalam buku First Principle pada tahun 1862.

C.      PENUTUP
Herbert Spencer merupakan tokoh pertama yang mencetuskan teori evolusi sosial, bahkan lebih umum bisa disebut dengan teori evolusi universal guna menganalisa perkembangan yang terjadi di masyarakat. Tesis Spencer yang terkenal adalah survival of the fittest, yang berarti bahwa yang paling kuatlah yang akan tetap bertahan. Kekuatan di sini tidak melulu menentang perubahan, tapi juga bisa dengan penyesuaian diri terhadap lingkungan dan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Sehingga terjadilah perubahan struktur masyarakat yang semula homogen tak terpadu, menjadi heterogen yang terpadu, dengan dinamika sosial yang pula makin kompleks.
Demikian makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan selanjutnya, penyusun mohon maaf jika ada banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Daftar Pustaka

Horton, Paul B., dan Hunt, Chester L.,  Sosiologi, Jilid 1 dan 2, Jakarta: Erlangga, 1989
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J., Teori Sosiologi, Bantul: Kreasi Wacana, 2010
__________________________________________________, Teori Sosiologi Modern (Edisi VI), Jakarta: Kencana, 2007
Siahaan, Hotman M., Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi, Jakarta: Penerbit Erlangga, 198
Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1990
_______________________, Teori Sosiologi tentang Pribadi dan Masyarakat, Jakarta: Ghalia, 1982

Hendra, Najip, “Herbert Spencer, Peletak Dasar Teori Evolusi Universal”, dalam http://ahmadnajip.wordpress.com/xmlrpc.php (diakses 25/03/2012)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar